Makalah : Perubahan Paradigma kebidanan pada Bayi
PERUBAHAN PARADIGMA KEBIDANAN PADA BAYI
OLEH :
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-NYA lah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Praktek Klinik Kebidanan ini.
Penulis
menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
meminta kepada para pembaca agar senantiasa memberikan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirul
kalam, semoga amal dan niat baik atas bantuan semua pihak mendapat
pahala dari Allah SWT dan semoga makalah ini menjadi bahan bacaan yang
bermanfaat. Amin.
Pangkajene, 2 Maret 2011
Penulis
Kelompok IV
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .....................................................................................................1
Daftar Isi .................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................3
A. Latar Belakang .......................................................................................3
B. Rumusan Masalah ...............................................................................4
C. Tujuan Pembahasan .............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................5
A. Pengertian Paradigma ...........................................................................5
B. Pengertian Bayi dan perawatan bayi .....................................................5
C. Perubahan paradigma kebidanan .........................................................6
D. Manfaat paradigma kebidanan .............................................................10
BAB III PENUTUP .................................................................................................11
A. Kesimpulan ...........................................................................................11
B. Saran ....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini, perawatan bayi yang baik merupakan faktor utama keberhasilan asuhan kebidanan. Asuhan bayi yang baru lahir oleh bidan dimulai dari menilai kondisi bayi, menfasilitasi terjadinya pernafasan spontan, mencegah hipotermia,
menfasilitasi kontak dini dan mencegah hipoksia sekunder,menentukan
kelainan, serta melakukan tindakan pertolongan dan merujuk sesuai kebutuhan . Kesemuanya itu membutuhkan pola pandang (paradigma) karena menyangkut tanggung jawab bidan dalam memberi pelayanan kepada klien.
Paradigma merupakan suatu perangkat bantuan yang memiliki nilai tinggi dan sangat menentukan bagi penggunanya untuk dapat memiliki pola dan cara pandang
dasar yang khas dalam melihat, memikirkan, memberi makna,menyikapi dan
memiliki tindakan mengenai suatu kenyataan atau fenomenakehidupan
manusia.
Dengan diterapkannya paradigma asuhan kebidanan akan memiliki fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab bidan dalam memberi pelayanan kepada
klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidangkesehatan Ibu
di masa hamil, persalinan, nifas, bayi setelah lahir, serta keluarga berencana.
B. R umusan Masalah
1.Apa pengertian Paradigma?
2.Apa pengertian bayi dan perawatan bayi ?
3.Bagaimana perubahan paradigma kebidanan?
4.Apa saja manfaat paradigma yang berkaitan dengan pelayanan kebidanan?
2.Apa pengertian bayi dan perawatan bayi ?
3.Bagaimana perubahan paradigma kebidanan?
4.Apa saja manfaat paradigma yang berkaitan dengan pelayanan kebidanan?
C.Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian paradigma
2.Untuk mengetahui pengertian bayi dan perawatan bayi
3.Untuk mengetahui perubahan paradigma kebidanan
2.Untuk mengetahui pengertian bayi dan perawatan bayi
3.Untuk mengetahui perubahan paradigma kebidanan
4.Untuk mengetahui manfaat paradigma yang berkaitan dengan pelayanan
kebidanan
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Paradigma Kebidanan
Paradigma
berasal dari bahasa Latin / Yunani, paradigma yang berartimodel/pola.
Paradigma juga berarti pandangan hidup, pandangan suatu disiplinilmu /
profesi paradigma.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ke-3, paradigma adalah kerangka berfikir.
Paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang bidan dalam memberipelayanan. Keberhasilan bidan dalam bekerja / memberikan pelayanan berpegang pada paradigma, berupa pandangan terhadap manusia/perempuan,lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan cara pandang bidan atau hubungan timbal balik antara manusia, lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan dan keturunan “.
C. Pengertian Bayi dan perawatan bayi
Bayi baru lahir adalah semua bayi yang baru lahir mulai umur 0 – 28 hari setelah dilahirkan. Pelayanan
kesehatan bayi baru lahir adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan
secara terstandar oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada bayi
sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai 28 hari, baik difasilitas
kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Perawatan
bayi baru lahir bertujuan meningkatkan pelayanan kesehatan dasar,
mengetahui sedini mungkin bila terdapat masalah kesehatan pada bayi.
Resiko terbesar kematian bayi terjadi 24 jam pertama kehidupan, minggu
pertama dan bulan pertama kehidupannya.
C. Perubahan Paradigma Kebidanan pada bayi
Asuhan bayi yang baru lahir oleh bidan dimulai dari menilai kondisi bayi, antara lain:
- Mengkondisikan suasana nan hangat
- Memberikan ASI langsung setelah bayi lahir
- Merawat tali pusat
- Memastikan bayi diberikan injeksi vitamin K1, salep mata antibiotik dan imunisasi Hb 0.
Adapun perubahan paradigma kebidanan saat ini antara lain:
1. PEMASANGAN GURITA MENCEGAH PERUT BUNCIT & PUSAR BODONG
Pemasangan gurita sejak dulu memang tidak pernah ada larangan yang berarti karena dianggap mencegah perut buncit dan terjadinya pusar bodong. Namun seiring kemajuan ilmu kebidanan, paradigma tersebut sudah tidak dilakukan dan malah membahayakan kesehatan bayi. Itu terjadi karena organ dalam tubuh bayi malah akan kekurangan ruangan. Dinding perut bayi masih lemah, volume organ-organ tubuhnya pun tak sesuai dengan rongga dada dan rongga perut yang ada, karena sampai 5 bulan dalam.kandungan, organ-organ ini terus tumbuh, sementara tempatnya sangat terbatas. Jika bayi menggunakan gurita, maka ruangan untuk pertumbuhan Organ-organ ini akan terhambat. Tanpa gurita, pusar bayi pun lama-kelamaan akan masuk ke tempatnya. Sebaliknya, kalau memang bakatnya bodong, sekalipun memakai gurita, tetap saja akan bodong. Gurita sebaiknya tidak dipakai karena bisa membuat anak tertekan, khususnya di bagian limpa, jantung, lever, juga membuat bayi susah bernapas. "Kalau mau tetap memakaikan gurita, boleh saja. Asal ikatan bagian atas dilonggarkan, sehingga jantung dan paru-paru bisa berkembang.
2. BEDONG PADA BAYI
Sejak dulu bedong dilkakukan karena selain ampuh meluruskan kaki bayi yang bengkok, bedong juga membuatnya tidak cepat masuk angin, tidur nyenyak, dan tidak kagetan. Apalagi kalau bedongannya dibuat sekuat mungkin atau istilahnya "dibedong lontong".
Juga anggapan bahwa dengan dibedong anak jadi tidak kagetan tentu tidak benar, kaget saat bayi tidur adalah gerak refleks moro, dan itu wajar terjadi. Sekalipun dia dibedong, refleks moro tetap akan terjadi, hanya saja tidak kelihatan karena tertahan oleh bedong. Namun sekarang, jika bedong dianggap bisa mencegah masuk angin dan tidur jadi nyenyak, itu memang benar. Dengan dibedong, bayi seperti dipeluk dan merasa nyaman, selain juga hangat. Asalkan longgar, bedong tak akan jadi masalah. Jika membedongnya terlalu kuat, hal itu akan menghambat gerakan bayi dan membuatnya susah bernapas karena tertekan.
1. PEMASANGAN GURITA MENCEGAH PERUT BUNCIT & PUSAR BODONG
Pemasangan gurita sejak dulu memang tidak pernah ada larangan yang berarti karena dianggap mencegah perut buncit dan terjadinya pusar bodong. Namun seiring kemajuan ilmu kebidanan, paradigma tersebut sudah tidak dilakukan dan malah membahayakan kesehatan bayi. Itu terjadi karena organ dalam tubuh bayi malah akan kekurangan ruangan. Dinding perut bayi masih lemah, volume organ-organ tubuhnya pun tak sesuai dengan rongga dada dan rongga perut yang ada, karena sampai 5 bulan dalam.kandungan, organ-organ ini terus tumbuh, sementara tempatnya sangat terbatas. Jika bayi menggunakan gurita, maka ruangan untuk pertumbuhan Organ-organ ini akan terhambat. Tanpa gurita, pusar bayi pun lama-kelamaan akan masuk ke tempatnya. Sebaliknya, kalau memang bakatnya bodong, sekalipun memakai gurita, tetap saja akan bodong. Gurita sebaiknya tidak dipakai karena bisa membuat anak tertekan, khususnya di bagian limpa, jantung, lever, juga membuat bayi susah bernapas. "Kalau mau tetap memakaikan gurita, boleh saja. Asal ikatan bagian atas dilonggarkan, sehingga jantung dan paru-paru bisa berkembang.
2. BEDONG PADA BAYI
Sejak dulu bedong dilkakukan karena selain ampuh meluruskan kaki bayi yang bengkok, bedong juga membuatnya tidak cepat masuk angin, tidur nyenyak, dan tidak kagetan. Apalagi kalau bedongannya dibuat sekuat mungkin atau istilahnya "dibedong lontong".
Juga anggapan bahwa dengan dibedong anak jadi tidak kagetan tentu tidak benar, kaget saat bayi tidur adalah gerak refleks moro, dan itu wajar terjadi. Sekalipun dia dibedong, refleks moro tetap akan terjadi, hanya saja tidak kelihatan karena tertahan oleh bedong. Namun sekarang, jika bedong dianggap bisa mencegah masuk angin dan tidur jadi nyenyak, itu memang benar. Dengan dibedong, bayi seperti dipeluk dan merasa nyaman, selain juga hangat. Asalkan longgar, bedong tak akan jadi masalah. Jika membedongnya terlalu kuat, hal itu akan menghambat gerakan bayi dan membuatnya susah bernapas karena tertekan.
3. MENJEMUR BAYI BISA MENGHILANGKAN KUNING
Memang sejak dulu tenaga kesehatan menyarankan untuk menjemur bayi dipagi hari karena selain bisa menghilangkan kuning, menjemur bayi juga akan membuat tulang bayi jadi semakin kuat. Hal itu memang benar. Namun sebenarnya tidak berlaku lagi untuk negara kita yang berada di daerah khatulistiwa, di mana pantulan sinar matahari dari tembok sudah overdosis untuk mengubah pro-vitamin D di kulit menjadi vitamin D.
Jadi cukup punggungnya saja yang sudah ditelanjangi untuk dijemur. Waktunya pun sebaiknya sebelum jam 9 pagi, di mana sinar biru yang terdapat pada sinar matahari masih ada. Sinar biru ini bisa membantu lever menurunkan kadar bilirubin. Namun, jangan sampai sinar matahari menerpa langsung mata anak, karena bisa merusak retinanya. Pun, jika kuningnya telah hilang, anak tidak usah dijemur lagi. Bisa-bisa, anak malah terkena kanker kulit. Jika bayi tidak kuning, ia tidak perlu dijemur seperti ini.
4. PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI
Sejak
dulu perawatan tali pusat bayi harus diberikan antiseptik (Bethadine)
dan dibungkus dengan kain kasa dan dilakukan terus menerus sampai tali
pusat puput . Hal ini dilakukan agar tali pusat bayi tidak diinvasi oleh
kuman yang dapat menimbulkan infeksi. Tapi sekarang, perawatan tali
pusat dilakukan sebagai berikut :
1. Mandikan bayi, gosok tali pusat dengan sabun.
2. Keringkan dan bersihkan dengan alkohol 70%.
3. Biarkan dalam keadaan terbuka, tidak usah dibungkus-bungkus, kecuali infeksi.
4. Jangan pakaikan bedak, abu gosok, atau dikunyahkan sirih dan sebagainya, nanti malah jadi tetanus dan sarang kuman.
2. Keringkan dan bersihkan dengan alkohol 70%.
3. Biarkan dalam keadaan terbuka, tidak usah dibungkus-bungkus, kecuali infeksi.
4. Jangan pakaikan bedak, abu gosok, atau dikunyahkan sirih dan sebagainya, nanti malah jadi tetanus dan sarang kuman.
“ Penggunaan
antiseptik pun tidak lagi dianjurkan, karena ada kandungan yodium.
Kalau pemberiannya berlebihan bisa menyebabkan gangguan terhadap
pertumbuhan gondoknya. Pemakaian alkohol pun hanya digunakan sesudah
mandi pagi dan sore”.
5. PEMBERIAN SUNTIKAN VITAMIN K , IMUNISASI Hb 0 DAN PEMBERIAN SALEP MATA PADA BAYI BARU LAHIR
Sejak dulu pemberian
vitamin k ,imunisasi Hb 0 dan pemberian salep mata tidak diberikan
secara rutin pada bayi baru lahir mengingat kurangnya case dan adanya
kondisi yang tidak mengharuskan bayi mendapatkan pelayanan tersebut.
Namun, sekaran pelayanan terutama suntikan vitamin K harus segera
diberikan karena adanya perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K ( PDVK) yang dapat terjadi secara spontan. Demikian halnya juga dengan salep mata yang diberikan karena besarnya kejadian infeksi pada bayi saat proses persalinan.
Health
Technology Assesment (HTA)Depkes bekerjasama dengan organisasi profesi
merekomendasikan bahwa semua Bayi baru lahir harus mendapat profilaksis
vitamin K,pemberian salep mata dan imunisasi Hb 0 ,regimen yang digunakan adalah salep oxytetracycline 1% utuk mencegah infeksi mata, vitamin K1 secara IM disuntikan secara intramuscular di paha kiri bagian anterolateral sebanyak 0,1mg dosis tunggal,diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir untuk mencegah PDVK, dan imunisasi Hb 0 untuk mencegah penyakit hepatitis selang waktu 1 - 2 jam setelah suntikan vitamin K.
Namun ,Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis dan cara yang sama dan pada bayi baru lahir yang tidak
ditolong bidan,vitamin K1 diberikan pada saat kunjungan neonatal
pertama(KN1) pada usia 6-48 jam dengan dosis dan cara yang sama dan setelah pemberian injeksi vitamin K1,dilakukan observasi.
6. MENYUSUI BAYI
Saat
terpenting waktu menyusui adalah pada beberapa hari pertama setelah
melahirkan. Bila seorang ibu ditolong dengan baik pada saat ia mulai
menyusui, mungkin ibu tersebut akan terus menyusui.
Di rumah sakit, pemberian ASI harus dimulai di meja persalinan. Ibu dari bayi
harus
diselimuti agar tetap hangat. Biarkan ibu mendekap bayinya dan bayi
mengisap payudara. Pada saat ini akan terjadi hal-hat sebagai berikut :
��Saat terbaik bagi bayi untuk belajar mengisap. Bayi mungkin sangat engah (tahu) dan secara refleks mengisapnya kuat.
��lsapan meransang produksi oksitosin yang membantu menghentikan pendarahan.
��Bayi mendapatkan susu jolong yang berharga.
��Jam-jam
pertama setelah melahirkan merupakan saat terpenting terjalin ikatan
antara ibu din anak. Menyusui segera setelah melahirkan membuat ibu
mencintai dan merawat bayinya. Ibu akan lebih mudah menyusui untuk jangka waktu yang lama. Bila terjadi keterlambatan, biarpun dalam beberapa jam, proses menyusui lebih sering gagal.
Oleh
karenanya, paradigma memisahkan ibu setelah bayi lahir sekarang sudah
ditinggalkan dan dialihkan ke Rooming In untuk menjalin keakrabran
batiniah antara ibu dan bayi
7. PEMOTONGAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR
Dalam 58 langkah pesalinan normal dipaparkan sebagai berikut :
30.
Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal
(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31.
Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
32.
Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya.
8. BAYI BARU LAHIR NORMAL / BERMASALAH DIRAWAT DIINKUBATOR
Bayi
yang dilahirkan prematur memang membutuhkan perawatan intensif maupun
semi intensif di rumah sakit. Namun jika keadaan memungkinkan, bayi
prematur juga bisa dirawat di rumah.
Salah
satu hal yang perlu diperhatikan para orangtua adalah memastikan suhu
badan bayi tetap hangat, karena bayi prematur rentan terkena hipotermia
karena kulitnya masih sangat tipis. Itu sebabnya bayi prematur
ditempatkan dalam inkubator di rumah sakit.
Di
rumah, cara paling tepat agar bayi tetap hangat adalah dengan metode
kanguru. Metode ini meniru cara kanguru menghangatkan badan
anaknya.Caranya adalah, bayi ditelanjangi dan hanya memakai popok serta
penutup kepala. Bayi lalu dimasukkan ke dalam baju ibunya dan diletakkan
di antara payudara ibu. Baju ibu berfungsi untuk menutup seluruh tubuh
bayi seperti kantong kanguru.
Inkubator
bukan satu-satunya solusi bagi perawatan bayi prematur atau bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR). Menempelkan bayi pada dada telanjang
ibu dan ayahnya juga bisa menjadi inkubator alami. Perawatan semacam ini
disebut skin to skin care, atau Metode Kanguru. Memang perlu adaptasi,
namun bisa dilatih dan berdampak positif bagi bayi.
Metode
ini juga menjadi stimulasi bagi bayi yang bisa berdampak pada
perkembangannya. Metode Kanguru ini mampu mengurangi rasa sakit dan
stres pada bayi, serta mempengaruhi perkembangan bayi. Untuk orangtua,
metode ini memberikan rasa percaya diri pada ibu, memberikan ikatan
lebih kuat antara ibu dan bayi, serta meningkatkan produksi ASI.Bahkan
bayi prematur bisa mencari sendiri puting ibu, dan Inisiasi Menyusui
Dini (IMD) bisa terjadi, karena bayi bersentuhan langsung dengan kulit
ibu di area payudara.
Manfaat
lainnya adalah, jika beratnya sudah melebihi 1,2 kilogram, bayi
prematur atau bayi kecil bisa keluar dari perawatan di rumah sakit dan
melanjutkan perawatan di rumah dengan pengawasan dari bidan atau tenaga
medis.
D. MANFAAT PARADIGMA KETERKAITAN DENGAN ASUHAN PADA BAYI
Bidan memiliki peran unit dalam memberi pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi, yakni saling melengkapi dengan tenaga kesehatan professional lainnya. Bidan adalah praktisi yang memberikan asuhan kebidanan kepada bayi yang
sesuai dengan kewenangannya. Bidan harus selalu mengembangkan dirinya
agar dapat memenuhi peningkatan kebutuhan kesehatan kliennya (ibu dan
anak).
Pelayanan/asuhan kebidanan yang berfokus pada bayi sesuai dengan kewenangannya, bidan dapat melakukan pelayanan/asuhan pada kasus-kasus patologis demi tercapainya hal berikut :
Pelayanan yang bermutu
Asuhan sesuai kebutuhan
Kepuasan klien
Peningkatan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan
Menurunkan AKI dan AKB
Asuhan sesuai kebutuhan
Kepuasan klien
Peningkatan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan
Menurunkan AKI dan AKB
BAB III
PENUTUP
1.KESIMPULAN
a. Paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang bidan dalam member pelayanan. Keberhasilan bidan dalam bekerja / memberikan pelayanan berpegang pada paradigma, berupa pandangan terhadap manusia/perempuan,lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan cara pandang bidan atau hubungan timbal balik antara manusia, lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan dan keturunan “.
b. Asuhan bayi yang baru lahir oleh bidan dimulai dari menilai kondisi bayi, menfasilitasi terjadinya pernafasan spontan, mencegah hipotermia,
menfasilitasi kontak dini dan mencegah hipoksia sekunder,menentukan
kelainan, serta melakukan tindakan pertolongan dan merujuk sesuai kebutuhan
2. SARAN
a. Sebaiknya paradigma benar-benar dijunjung tinggi oleh seluruh bidan di Indonesia. Dikarenakan paradigma sangat berpengaruh terhadap sudut pandang cara kerja bidan.
b. Seiring kemajuan IPTEK, diharapkan paradigma ini meningkat sesuai perubahan perilaku masyarakat di lingkungan dan wilayah kerja masing – masing dengan meningkatkan pelayanan/asuhan kebidanan yang berfokus pada bayi sesuai dengan kewenangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, P. Syarifuddin, A. 2000, Kamus Saku Bahasa Indonesia, Arkola, Surabaya, Halaman :224.
Azwar, 2007, (http://Pontianak Post.htm),Panduan merawat Bayi untuk Kakek dan Nenek, Diakses 01 Maret 2011.
DEPKES RI, 2009, Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak,Jakarta, Halaman 10 – 11.
Manuaba, I.B. 2006, Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC.
Rahmi. 2008, Paradigma bidan (http://www.diffy.com/kesehatan/detail.php?), diakses tanggal 01 Maret 2011
Solahuddin, Gazali. 2009 ,Buku Pedoman Teknis Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis pada Bayi Baru Lahir, Jakarta :Depkes RI.
Langganan:
Poskan Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar